Minggu, 27 Maret 2011

Tiger Woods: “Saya Dibesarkan Sebagai Buddhis“

Florida, AS, –
Setelah terlibat dalam sebuah skandal yang mengguncang keluarganya dan mengalami kecelakaan mobil pada Nopember tahun lalu (27/11/2009), pegolf profesional nomor 1 dunia, Tiger Woods (34) memutuskan untuk kembali mempraktikkan Buddhisme guna mengubah kehidupannya.
Dalam permintaan maafnya secara umum yang disiarkan oleh beberapa media televisi dari markas PGA Tour, Florida (19/2), Woods mengakui bahwa ia telah bertindak tidak setia kepada isterinya. Dulu ia menganggap bahwa ia bisa melakukan apapun karena kesuksesannya. Dan kini ia menyadari bahwa ia telah salah karena telah melakukan hubungan di luar nikah dan meminta maaf atas perilakunya yang menyakiti keluarga, rekan-rekan, para penggemar, dan mitra bisnisnya.
Selain permintaan maaf, Woods yang memiliki ibu asal Thailand ini juga menyampaikan tekadnya untuk kembali mempraktikkan Buddhisme yang sempat ditinggalkannya.
“Saya memiliki banyak pekerjaan yang perlu dilakukan, dan saya bermaksud mendedikasikan diri saya untuk melakukannya. Bagi saya, bagian dari mengikuti jalan ini adalah Buddhisme, yang telah ibu saya ajarkan kepada saya di usia muda,” kata Woods,
“Orang-orang mungkin tidak menyadarinya, tapi saya dibesarkan sebagai Buddhis, dan saya secara giat mempraktikkan keyakinan saya dari masa kanak-kanak sampai saya menyimpang darinya dalam beberapa tahun terakhir,” lanjut Woods.
“Buddhisme mengajarkan bahwa kehausan (napsu) terhadap segala sesuatu di luar diri kita menyebabkan sebuah ketidakbahagiaan dan sebuah pencarian keamanan yang tidak berguna,” lanjutnya. “Buddhisme mengajarkan saya untuk berhenti mengikuti setiap hawa napsu dan untuk belajar menahan diri. Secara jelas, saya telah kehilangan jejak dari apa yang telah diajarkan kepada saya.”
Dalam wawancara-wawancara sebelumnya, Woods mengatakan bahwa ia telah mempraktikkan meditasi dan mengunjungi vihara bersama dengan ibunya, Kultida Woods. Woods berterima kasih kepada ibunya dan keyakinan ibunya (yaitu Theravada Buddhisme yang dianut oleh mayoritas masyarakat Thailand), yang telah memberikan kemampuan konsentrasi yang diperlukan di dalam lapangan golf dan sepanjang hidupnya.
Pernyataan Tiger Woods yang akan kembali mempraktikkan Buddhisme untuk membawa keseimbangan dalam kehidupannya, secara telak menandaskan dan mematahkan ajakan Brit Hume, seorang analis Fox News dan sekaligus seorang Kristiani, yang mengajak agar Woods berpaling kepada Yesus untuk berurusan dengan kesalahannya.

David Beckham menjadi Pengikut Buddha


Los Angeles – Amerika
Trend perpindahan kepercayaan orang-orang barat untuk belajar dan mengikuti ajaran Buddha kian hari kian bertambah. Tidak hanya kalangan muda milenium ke-tiga, mereka yang telah berusia pun mulai tersentuh dengan ajaran Buddha yang diajarkan Guru Gautama. Generasi muda di Eropa tertarik dengan filosofi Buddha karena mereka telah bosan dengan doktrin ajaran yang harus menerima semua instruksi yang tertulis. Pembatasan pertanyaan fundamental mengenai hakikat kebenaran mutlak menjadikan doktrin yang telah berkembang sebelumnya mulai runtuh. Satu-satunya filosofi atau ajaran yang membuka gerbang sebesar-besarnya untuk mengeksplor ajaran / filosofi adalah ajaran Buddha.
Di akhir abad 20 ini, muncullah aktor-aktor terkenal Richard Gere, Steven Heagel, Angelina Jolie, hingga pemain bola legendaris dari Inggris – David Beckham tertarik dengan ajaran Buddha. Mereka menjadi Buddhis bukan karena proses doktrinisasi, melainkan suatu perjalanan mencari hakikat diri dan kebenaran. Hal yang serupa juga terjadi pada penyanyi sekaligus penulis muda terkenal, Dewi Lestari, penulis “Supernova”.
David Beckham bersama istrinya Victoria pindah mengikuti ajaran Buddha. Suami istri bersama tiga orang anaknya yang sekarang tinggal di Los Angeles diberitakan mulai mendekati ritual Buddhis dan setiap pagi mereka melakukan chanting atau membaca sutta untuk mengimbangi aktivitas hidup mereka yang sangat sibuk.
Seorang narasumber menyatakan : “ David Beckham bersama istrinya sepenuhnya menjadi orang California. Beckham mulai memadukan kesehatan, kesejahteraan, dan tampilan mala/tasbih di pergelangan tangannya. Beckham mulai mengikuti kelas meditasi yoga dan olah tubuh setelah cedera lutut, dan teman timnya menyarankan ia untuk melakukan chanting/membaca sutta untuk kedamaian batinnya.
“Saat ini, Beckham dan Victoria selalu melakukan chanting singkat selama 5 menit ketika mereka bangun pagi untuk memulai hari mereka yang kosong (kerjaan). Mereka melafal sutta “‘Homage to the blessed one, the worthy one, the rightly self-awakened one – Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddha”. Selain melakukan ritual pada umumnya, beliau juga mulai mengonsumsi makanan yang tepat.

Festival Qingming


Qingming, arti yang jelas dan terang, adalah hari berkabung orang mati. Jatuh pada awal April setiap tahun. Ini sesuai dengan timbulnya cuaca hangat, awal musim semi untuk membajak, dan acara keluarga.

Sebelum kita berbicara tentang Qingming, kita harus mengisahkan tentang satu hari lagi yaitu Hanshi, yang selalu datang satu hari sebelum Qingming. Hanshi secara harafiah artinya makanan dingin.
Dikisahkan bahwa pada abad ketujuh SM selama Periode Musim Semi dan Gugur, Adipati Xiao adalah penguasa negara Jin. Putra tertuanya, Shen Sheng seharusnya adalah pewaris tahta.
Tapi Adipati Xiao punya rencana lain. Dia ingin anak selir favoritnya, Li Ji, untuk menggantikannya sebagai penguasa Jin. Bukan seorang ayah yang penuh kasih, Adipati Xiao membunuh Shen Sheng dan akan melakukan hal yang sama untuk putra keduanya, Chong’er, Tetapi Chong’er tahu dan melarikan diri.
Selama 19 tahun lamanya, Chong’er dan rombongan pejabat setia dan hambanya mengembara tidak memiliki rumah, namun tidak takut akan dingin dan kelaparan. Suatu hari, Chong ‘er benar-benar kelaparan dan koma. Salah satu pengikutnya yang paling setia, Jie Zitui, mengiris daging betisnya sendiri dan menyajikannya pada tuannya, sehingga menyelamatkan nyawanya. Akhirnya tahun 636 SM, Chong’er berhasil mengambil takhta dan mengambil gelar Adipati Wen dari negara Jin.
Setelah menjadi penguasa negara, Chong’er memutuskan untuk memberikan hadiah kepada para pejabat yang tinggal dengan-Nya mengembara bertahun-tahun. Tapi dia lupa tentang Jie Zitui yang telah mengorbankan daging betisnya. Jie Zitui patah hati dan pergi. Kemudian Chong’er ingat pengorbanan Jie Zitui dan mengirim orang untuk mencarinya. Akhirnya mereka menemukannya.
Chong’er mendatanginya secara pribadi untuk meminta maaf dan memintanya kembali ke istana. Tapi Jie Zitui meninggalkan mereka dan pergi jauh ke pegunungan, sehingga tidak ada yang bisa menemukannya lagi. Seseorang menyarankan  Chong’er untuk membakar daerah tersebut untuk memaksa Jie Zitui keluar ketempat terbuka, di mana ia bisa berbicara untuk kembali pada kenyamanan hidup di kerajaan. Chong’er mengikuti saran ini dan membakar gunung tempat Jie Zitui yang diyakini tempatnya bersembunyi. Api berkobar selama tiga hari dan Jie Zitui ditemukan bersandar pada pohon besar, membawa ibu tua di punggungnya. Baik Jie Zitui dan ibunya sudah meninggal.
Chong’er sangat sedih dengan tragedi ini. Dia memerintahkan agar sebuah kuil dibangun untuk mengenang pengikut yang paling setia. Ia juga memerintahkan bahwa tidak mengizinkan ada api dinyalakan pada ulang tahun kematian Jie Zitui. Jadi orang-orang harus makan makanan dingin mereka pada hari itu, yaitu pada hari Hanshi. Selain itu, orang mulai mengunjungi makam Jie Zitui dan memberikan penghormatan untuk mengenangnya.
Pada Dinasti Qing sekitar 300 tahun yang lalu,  kegiatan Hanshi atau makan makanan yang dingin itu diganti dengan Qingming, yang sekarang menjadi waktu paling penting bagi orang-orang untuk mengenang dan mengunjungi makam leluhur yang mereka hormati.
Awalnya di Tiongkok kuno, Qingming itu tidak berarti satu-satunya waktu pengorbanan yang dibuat untuk nenek moyang. Bahkan upacara tersebut sangat sering diadakan, setiap dua minggu, di samping hari raya dan festival penting lainnya. Formalitas upacara ini pada umumnya sangat rumit dan mahal dalam hal waktu dan uang.
Dalam upaya untuk mengurangi beban ini, Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang dideklarasikan pada 732 AD yang akan melakukan penghormatan di makam-makam leluhur hanya pada hari Qingming. Ini adalah kebiasaan yang terus menerus sampai kini. Orang akan mengunjungi makam leluhur mereka di hari Qingming. Mereka akan membersihkan, mencabut rumput-rumput liar dan menyapu dedaunan pada makam orang tua dan leluhur mereka.
Inilah sebabnya mengapa Qingming juga dikenal sebagai Hari Menyapu Makam. Stasiun kereta bawah tanah Beijing sangat padat pada saat Qingming orang-orang berduyun-duyun ke Babaoshan, pemakaman Beijing yang paling terkenal dan krematorium, untuk memberikan penghormatan kepada orang-orang yang mereka cintai yang telah meninggal.
Qingming bukan hanya hari peringatan, tetapi juga hari untuk merayakan datangnya musim semi, sering digunakan untuk pergi keluar untuk piknik. Dengan datangnya musim semi, dunia berganti pakaian menjadi berwarna hijau. Semua baru, bersih dan segar.
Qing ming juga menjadi topik favorit untuk lukisan. Zhang Zeduan dari Dinasti Song menghasilkan salah satu karya yang paling terkenal Seni Tiongkok kuno : Qingming Shanghetuor Hidup Bersama Sungai di Qingming.  Lukisan sutra ini sekarang dipamerkan di Imperial Palace Museum, Forbidden City, di Beijing. Hampir lima setengah meter panjang dan seperempat meter lebarnya, itu penuh dengan arti kehidupan: jalan sungai penuh dengan lalu lintas, Pameran di ladang-ladang petani, desa yang hidup, jalan-jalan kota yang bising dengan segala macam orang, pejabat, pedagang, prajurit, cendekiawan, buruh, laki-laki dan perempuan, muda dan tua.
Ada sekitar 550 orang dalam lukisan itu, serta puluhan jenis binatang, kereta dan sedan, jembatan dan perahu. Ini adalah catatan hidup dari perayaan dan hiruk-pikuk waktu khusus Qing Ming.
Musim semi, khususnya di Tiongkok Utara, adalah musim berangin, tepat untuk menerbangkan layangan. Tidaklah mengherankan kalau menerbangkan layang-layang sangat populer selama musim Qingming. Sejarah layang-layang di Tiongkok sangat menarik. Dikatakan bahwa layang-layang itu ditemukan oleh tukang kayu legendaris yang terkenal Lu Ban lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
Layang-layang Tiongkok paling awal terbuat dari kayu dan disebut Mu Yuan. Mu berarti kayu dan Yuan berarti sejenis burung elang. Penemuan kertas tidak luput dari perhatian pembuatan layang-layang dan layang-layang segera disebut Zhi Yuan. Zhi berarti kertas, sehingga burung elang dengan kertas Zhi Yuan. Layang-layang itu tidak hanya digunakan untuk bersenang-senang. Mereka juga digunakan untuk tujuan militer.
Ada catatan sejarah menjelaskan ada layang-layang besar, beberapa cukup besar untuk seorang pria diterbangkan di udara untuk mengamati gerakan musuh. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, Kaisar Wudi dikelilingi di Nanjing oleh tentara pemberontak. Dia menggunakan layang-layang untuk mengirimkan sebuah permintaan bantuan dari luar.
Selama Dinasti Tang, orang mulai memasang potongan bambu tipis untuk layang-layang. Ketika layang-layang tinggi di udara, angin akan membuat bagian ini bergetar, menghasilkan suara bernada rendah mendesing, sangat mirip dengan Zheng, instrumen dawai Tiongkok. Setelah itu, nama popular Tiongkok lainnya layang-layang Feng Zheng, yang berarti angin Zheng.
Dalam Dinasti Qing, orang-orang akan menerbangkan layang-layang mereka membiarkan setinggi mungkin, kemudian memutuskan benangnya untuk buang sial, melambangkan pelepasan dari nasib buruk/penyakit. Sebaliknya, untuk mengambil layang-layang yang hilang atau dilepaskan oleh orang lain bisa membawa sial.
 
Beberapa penggemar layang-layang menikmati main layangan di malam hari. Mereka menggantung lentera berwarna kecil di benang dengan lilin menyala di dalamnya. Dengan puluhan layang-layang bersama-sama, garis busur kerlip lampu warna-warni menghiasi langit malam. 

Pengertian Buddhis :
Walaupun perayaan Qingming bukan berasal dari Ajaran Sang Buddha, namun umat Buddha boleh melaksanakannya.
Umat Buddha dapat berkunjung ke makam leluhur, membersihkannya serta melakukan pelimpahan jasa.
Pelimpahan jasa adalah melakukan kebajikan atas nama leluhur. Diharapkan, dengan pelimpahan jasa ini, para leluhur akan berbahagia di alam kelahiran yang sekarang.
Pelimpahan jasa mengkondisikan keluarga yang masih hidup melakukan kebajikan. Demikian juga, leluhur di alam kelahiran yang memungkinkan untuk menerima pelimpahan jasa juga memiliki kesempatan berbuat baik melalui pikiran mereka. Mereka berbahagia atas kebajikan yang telah dilakukan oleh keluarganya. Semakin sering keluarga melakukan pelimpahan jasa, semakin banyak pula kondisi leluhur melakukan kebajikan melalui pikiran. Apabila kamma baik mereka telah mencukupi, mereka akan terlahir di alam yang lebih baik dan bahagia.

Sabtu, 12 Maret 2011

Bhikkhu Surfing di Internet … Bolehkah?


Oleh : Ven. Pannyavaro

Bolehkah bhikkhu surfing (istilah yang digunakan untuk melihat-lihat atau menjelajahi dunia cyber) di internet? Apakah menyebarkan Dharma secara elektronik masih sakral sifatnya? Bukankah komputer merupakan mesin ketik atau catatan yang disempurnakan? Bukannya para pemeluk agama Buddha lebih bersifat “technophobic” daripada para pemeluk agama lainnya, tetapi ada kebutuhan tersendiri terhadap penerimaan dan penggunaan komputer dan teknologi-teknologi baru seiring pergantian abad, yang tak begitu jelas terlihat pada saat ini.

Yang kita miliki kini adalah peralatan yang lebih baru dan cara yang lebih canggih untuk menyebarkan Dharma. Jadi, sekarang para bhikkhu yang memiliki peran sebagai Pembimbing Dharma, semakin banyak yang menggunakan komputer. Jadi, para “Cyber-monk” inilah, dengan medium internet, yang akan membawa Dharma menjelang abad 21 dan selanjutnya.

Bhikkhu dan komputer masih merupakan kombinasi yang janggal. Bagi para penganut Buddhis yang memegang teguh tradisi, hal ini dapat menimbulkan dilema, khususnya jika gaya hidup bhikkhu hanya dipandang sebagai pertapa. Jadi, saat anda menggabungkan bhikkhu dan komputer, beberapa penganut Buddhis tradisional bermasalah dengan hal ini.

Terlihat suatu pemandangan yang janggal jika melihat bhikkhu sedang menggunakan komputer. Saya sendiri, sebagai seorang “cyber-monk”, sering mendapati diri saya sedang meyakinkan masyarakat bahwa saya tidak bermain game di komputer! Seringkali saya merasakan ketidaksetujuan, sepertinya ada kesalahpahaman bahwa menggunakan komputer berarti melanggar Vinaya. Tentu saja, hal ini dikarenakan pada zaman Sang Buddha belum diciptakan komputer, tetapi apakah bedanya komputer dengan alat komunikasi lainnya? Adakah perbedaan antara mengetik sebuah dokumen dengan menulis di atas daun menggunakan pena bulu? Isi dokumen atau tulisan itulah yang paling penting.

Pernah saya alami sikap yang tidak bersahabat: Beberapa saat yang lalu, seorang umat datang ke kantor saya dan menyaksikan saat saya bekerja. Saya mendapati sesuatu yang janggal dari perilakunya. Bahkan, ia tampak sangat kecewa. Tiba-tiba ia berkata, “Layar komputer Bhante sangat kotor!” Kemudian ia menambahkan, “…Begitu pula kaca mata Bhante!”

Jika seseorang dapat merancang sebuah web site Buddhis dan menampilkan kepercayaan mereka terhadap Buddha Dharma, apakah ini termasuk Dharma sejati? Dimana letak garansi keasliannya?, jika ditanyakan. Sayangnya, tak seorangpun dapat mengontrol internet, jadi semua sisi dan opini dapat diekspresikan secara bebas. Kebebasan inilah yang menjadikan internet berkembang menjadi sebuah negara tanpa didikte oleh kekuasaan agama ataupun politik (termasuk juga Bill Gates!). Karena itu, seperti biasanya, Dharma hanya dapat diketahui lewat pengalaman/praktek bukan lewat kekuasaan semata.

Dunia internet, dengan jaringannya di seluruh dunia, dan pada akhirnya dapat mengglobalisasi Dharma dan melepaskannya dari semua embel-embel kulturnya. Kemudian, terbukalah pintu bagi Buddhisme untuk kembali mengekspresikan inti sari Ajarannya, bebas dari cengkeraman kelembagaan dan hal-hal yang tidak berhubungan dengan praktek-praktek kebudayaan non-Buddhis. Cyber-temple (vihara di dunia cyber) yang baru akan menjadi tempat bertemu secara online bagi masyarakat Buddhis, seperti yang telah berlangsung di news-group atau chat channels worldwide (kelompok bincang-bincang lewat jaringan ke seluruh dunia).

Perkembangan jaringan dan pembentukan komunitas virtual Buddhis dapat membawa Buddhisme ke masa kebangkitan kembali. Pemikiran mengenai Buddhisme di internet tidak mengancam ataupun untuk bersaing dengan pemahaman terdahulu. Hal ini hanya untuk membuatnya mudah dijangkau dan memperluas penyebaran Sang Ajaran, menyiapkan forum diskusi dan pendidikan.

Isi internet menawarkan samudra informasi Buddha Dharma yang tak berbatas, yang disajikan dalam bahasa pemrograman berbasiskan webpages. Dharma akan didapatkan lewat multimedia, terutama TV atau Web. Ini berarti bahwa materi Buddhis akan ditampilkan pada media-media agar mudah dijangkau dan lebih menarik minat rata-rata user (pengguna komputer) dan para siswa Buddhis. Buddhisme di internet akan menjadi alat komunikasi yang hebat, yang memberi kita cara baru berinteraksi dengan dunia.

Globalisasi Buddhisme tidak dapat dielakkan, seperti yang terjadi pada dunia bisnis dan perdagangan, diselenggarakan lewat media internet. Lalu mengapa sekarang kita tidak mengupayakan sumber daya yang handal pada media ini? Berapa banyak vihara, stupa, rupang Buddha yang besar, dan lain-lain yang kita perlukan? Tidakkah dapat anda saksikan kebahagiaan saat membuat web-site Buddhis / menghasilkan CD-ROM untuk pembabaran Dharma ke kantor-kantor dan atau ruang lounge?

Siapa yang mempunyai komitmen untuk melestarikan Ajaran Sang Buddha? Pada masa lampau, yang bertanggung jawab adalah para bhikkhu dan para pelajar yang mendapat pendidikan Dharma secara khusus. Secara tradisional, mereka menyebarkan dan melestarikan Sang Ajaran. Tetapi pada abad ke-21, Buddhisme akan menjadi bagian dari museum bila kita tidak memanfaatkan teknologi baru dan internet. Siapa yang akan menjadi Buddhis web-master (guru di internet)? Tentu saja, para bhikkhu dan bhikkhuni yang menguasai komputer, Cyber Sangha-lah yang akan menyediakan data untuk mencapai Penerangan.

Sebagai contoh, saya, seorang bhikkhu, setelah beberapa tahun beberapa tahun berlatih meditasi secara intensif dan belajar di Thailand, Burma, dan Sri Lanka, kemudian pulang ke Australia dan membangun sebuah pusat meditasi di Sydney sekitar 6 tahun silam, tanpa bantuan secara tradisional. Saya mulai menggunakan komputer untuk mengetik, kemudian dengan sebuah modem sederhana meluncurkan sebuah Bulletin Board Services (BBS) yaitu BuddhaNet, yang pertama kali dijalankan oleh seorang bhikkhu. Secara alamiah, saya bergerak seiring dengan perkembangan teknologi. Saya mempersiapkan net tersebut 3 tahun yang lalu, dengan menggunakan kode HTML (HyperText Mark up Language, bahasa pemrograman bagi web page) sederhana. Saya harus mengakui bahwa saya adalah beta-tester Windows 95. BuddhaNet -yang merupakan jaringan informasi- bergabung dengan MSN (Microsoft Network) On Australia pada tahun itu pula. Saat ini dengan gembira saya beritakan bahwa BuddhaNet telah berhasil menjadi jaringan informasi Buddhis yang bersifat non-sekte, yang berisi majalah Buddhis online – BuddhaZine; dan sebuah sesi meditasi online “Insight Meditation Online” ditambah sebuah sesi Pendidikan Buddhis. Sebagai seorang bhikkhu yang juga mengajar, saya mengajar kelas meditasi regular dan memberikan ceramah pada minggu itu kepada 60 umat atau lebih. Namun, pada web-site BuddhaNet, terdapat lebih dari 9.000 pengunjung setiap harinya, dan mendapat tumpahan pertanyaan mengenai Buddhisme lewat e-mail (electronic mail).

Sejujurnya, saya rasa Sang Buddha pun akan lebih sering berada di rumah menggunakan internet dan teknologi baru untuk menyebarkan Ajaran-Nya. Bagaimana pendapat anda?

Sabtu, 05 Maret 2011

Ilmu Padi


 Semakin berilmu semakin rendah hati. Semakin menguasai suatu ilmu, seharusnya seseorang semakin sadar akan kekurangannya sendiri, semakin tahu keterbatasan dari semuanya, semakin sadar akan ketidakmampuan dirinya.

Yang berani bicara besar adalah mereka baru tahu sedikit, namun merasa sudah berada di puncak. Kasihan.

Semua dokter yang baru lulus sangat merasa hebat, seperti jadi superman, bisa mengobati semua penyakit ! Semakin lama berpraktek jadi dokter, semakin sadar bahwa menyembuhkan pasien itu sangat tergantung pada banyak faktor, semakin sadar bahwa sangat banyak sekali hal hal penting dalam bidang kesehatan dan pencegahan penyakit yang tidak diajarkan di fakultas kedokteran. Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan semua penyakit, tidak ada resep yang manjur untuk semua pasien.

Belajarlah kepada padi, semakin tua maka ia akan semakin merunduk. Demonstrasi didepan seorang yang sangat berpengalaman (master) boleh saja dilakukan, tetapi jangan untuk menyombongkan diri, yang lebih tepat adalah untuk mohon petunjuk atau minta bimbingan.

Mengubah Karakter

The thought manifests as the words, the word manifests as the deeds, the deed manifests into habits, and the habits hardens into character. So watch the thought and its way with care ...................................................


Mengembangkan pribadi, memperbaiki watak yang buruk, meningkatkan kualitas karakter yang bobrok, harus dimulai dari mengubah cara berpikir, didahului dengan memiliki pandangan yang benar. Suliiiiit sekali.

Hambatannya banyaaaaak sekali. Yang penting harus dimulai dengan tekad yang kuat, mulailah dengan langkah pertama untuk kemudian diikuti dengan langkah berikutnya.

Orang lain hanya dapat memberi nasehat, memberi petunjuk, memberitahu cara yang benar, dan sisanya adalah urusan diri sendiri.

Langkah pertama adalah dengan memperhatikan the way of thought, yaitu cara berpikir, dengan meditasi. Mulailah dengan mengenal pikiran sendiri, coraknya, gerak geriknya, tipuannya, pendek kata segala seluk beluk pikiran harus dikenal, sebelum mau mengendalikan atau menaklukkannya !

Kata orang mengubah karakter atau watak jauh lebih sulit dari manjat ke langit ! Tidak percaya ? Boleh coba sendiri.