Apakah itu hari Kathina? Di kalangan umat Buddha, hari Kathina
dirayakan pada bulan Oktober dan November, di akhir masa Vassa, yakni di
akhir masa musim hujan di negara Buddhis.
Selama musim hujan ini, para Sangha (persekutuan Bhikkhu Buddhis)
akan menyendirikan/mengasingkan diri mereka sendiri untuk mengasah dan
mengolah pengetahuan Dhamma mereka dan ber-Meditasi (bisa di dalam satu
vihara saja atau di dalam hutan), dan juga berusaha untuk tidak keluar
dari tempat pengasingan mereka kecuali diharuskan/diperlukan sekali.
Musim hujan biasanya di mulai 3 bulan sebelum bulan Oktober, yaitu dari
bulan Juli (berdasarkan tanggalan di negara Buddhis).
Setelah para Bhikkhu menyelesaikan pengasingan diri mereka selama
musim hujan ini, mereka akan keluar kembali ke masyarakat umum, dan pada
umumnya para umat Buddhis akan merayakan hal tersebut dengan
mempersembahkan kain/jubah dan segala kebutuhan dasar kepada para
Bhikkhu, dan masa itu lah yang dinamakan dengan Hari Kathina, yang
terkadang sering disebut sebagai “Berkah Kathina”. Hari Kathina ini
biasanya dirayakan oleh semua umat Buddhis dari bulan Oktober sampai
November.
Cerita di balik hari Kathina ini ada disebutkan di dalam kitab suci
agama Buddha. Pada jaman Sang Buddha, para Bhikkhu biasanya akan tetap
menyebarkan Dhamma Sang Buddha kepada masyarakat walau pada musim hujan.
Akan tetapi masyarakat mengeluh karena tanaman sayur-sayuran dan padi
mereka pun terinjak-injak oleh para Bhikkhu yang sedang lewat. Sehingga,
Sang Buddha pun meminta para Bhikkhu untuk tidak berpergian lagi selama
musim hujan ini untuk tidak menganggu dan merusak sawah masyarakat
disekitarnya, dan manfaatkan masa tersebut untuk memperdalam pengetahuan
Dhamma dan Meditasi mereka.
Tak lama setelah itu, ada 30 Bhikkhu yang ingin bertemu dengan Sang
Buddha dan menyelesaikan masa Vassa (musim hujan) tersebut bersama Sang
Buddha. Tetapi, musim hujan telah tiba dan 30 Bhikkhu tersebut pun belum
sampai di tempat Sang Buddha berada, sehingga mereka harus menyinggah
di suatu tempat dan menunggu sampai musim hujan ini berlalu. Pada saat
Sang Buddha mendengarkan berita ini, setelah musim hujan ini selesai,
Sang Buddha mengirimkan kain-kain kepada 30 Bhikkhu tersebut untuk
mereka jahit menjadi jubah. Para Bhikkhu tersebut menjahit banyak jubah
baru dari kain yang diberikan oleh Sang Buddha dengan menggunakan
Kathina, yaitu alat untuk menyebarkan kain di dalam rangka dan menjahit
kain-kain tersebut untuk membentuk suatu jubah.
Di jaman ini, para umat Buddha tetap meneruskan tradisi pemberian
kain/jubah kepada para Bhikkhu Buddhis. Kain-kain yang diberikan adalah
untuk semua komunitas Bhikkhu Buddhis di tempat tersebut, yang biasanya
diberikan kepada 2 Bhikkhu untuk dibuatkan menjadi jubah. Dua Bhikkhu
tersebutlah yang kemudian akan memberikan jubah baru ini kepada
Bhikkhu-Bhikkhu lain di vihara tersebut berdasarkan dengan kemajuan yang
mereka telah dapatkan selama masa Vassa ini (dalamnya pengetahuan
Dhamma dan Meditasi mereka).
Walaupun musim hujan ini tidak berlaku di banyak negara lain, tetapi
tradisi Masa Vassa (Rain Retreat) ini tetap diadakan di kalangan umat
Buddha. Dan walaupun musim panas dan awal musim gugur adalah masa-masa
paling kering di California, DhammaCakraTra tetap mengadakan perayaan
Hari Kathina untuk menandakan akhirnya musim ‘Hujan’ ini.
Perayaan Hari Kathina di DhammaCakraTra ini akan dimulai dengan
kebaktian bersama, mengambil 5 sila (aturan) dan ceramah Dhamma
(Dhammadesana) oleh para Bhikkhu yang telah diundang. Kemudian
dilanjutkan dengan tradisi penyembahan hadiah kain/jubah atau kebutuhan
dasar yang diperlukan oleh para Bhikkhu untuk tahun berikutnya.
Di jaman sekarang ini, umat Buddhis biasanya sudah tidak memberikan
hanya kain saja kepada para Bhikkhu, melainkan langsung memberikan jubah
yang sudah dijahit. Pada jaman Sang Buddha, jubah Sangha biasanya
dibuat dengan menyatukan kain-kain yang dikumpulkan dari tanah kuburan,
bekas bungkus mayat. Tetapi, di jaman sekarang, umat Buddhis sudah tidak
melakukan hal tersebut dan hanya memberikan kain jubah yang baru dan
bersih, terutama di Hari Kathina.
Bagaikan benih yang ditanam di ladang yang subur,
pasti akan tumbuh dengan subur.
Seperti itu pula kebajikan yang ditujukan
kepada para anggota Sangha,
akan berbuah dengan kebajikan pula.
Sabbe satta bhavanthu sukhitatta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar