Kamis, 02 September 2010

Apa itu KAPPA?

Lamanya satu kappa tidak dapat dihitung dalam satuan tahun.
Misalnya ada sebuah lumbung yang panjang, lebar dan tingginya masing-masing satu yojanà, dan berisi penuh dengan biji mostar yang kecil-kecil. Anda membuang sebutir biji tersebut satu kali dalam satu abad; semua biji itu akhirnya akan habis dibuang, namun periode yang disebut kappa itu mungkin masih belum berakhir. (Dari sini, disimpulkan bahwa kappa adalah suatu masa yang yang sangat lama sekali.)

Pembagian Kappa


Kappa terdiri dari enam bagian: (1) mahàkappa, (2) asankhyeyya kappa, (3) antara kappa, (4) àyu kappa, (5) hàyana kappa, dan (6) vaddhana kappa.


Satu mahàkappa terdiri dari empat asankhyeyya kappa, yaitu (1) kappa dalam proses penghancuran, (samvatta kappa), (2) kappa dalam saat proses penghancuran berlangsung (samvattatthàyi kappa), (3) kappa dalam proses pembentukan (vivatta kappa), dan (4) kappa saat proses pembentukan berlangsung (vivattatthàyi kappa). (Dengan kata lain, empat asankhyeyya kappa ini disebut, samvatta asankhyeyya kappa, samvattatthàyi asankhyeyya kappa, vivatta asankhyeyya kappa, dan vivattatthàyi asankhyeyya kappa membentuk satu mahàkappa).

Dari empat asankhyeyya kappa ini, samvatta kappa adalah periode yang dimulai sejak turunnya hujan yang luar biasa deras yang menandai hancurnya kappa hingga padamnya api jika kappa itu hancur oleh unsur api; atau hingga surutnya banjir jika kappa itu hancur oleh unsur air; atau hingga redanya angin badai jika kappa itu hancur oleh unsur angin.


Samvattatthàyi kappa adalah periode yang dimulai sejak saat: hancurnya alam semesta oleh unsur api, air atau angin hingga turunnya hujan deras yang menandai terbentuknya alam semesta.


Vivatta kappa adalah periode yang dimulai sejak turunnya hujan yang luar biasa deras yang menandai pembentukan semesta baru hingga terbentuknya matahari, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet.


Vivattàtthàyi kappa adalah periode yang dimulai sejak munculnya matahari, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet hingga turunnya hujan deras yang menandai dimulainya penghancuran alam semesta.


Jadi, ada dua jenis kappa di mana hujan turun dengan luar biasa deras: Pertama, hujan deras di seluruh alam semesta yang akan hancur. Kemudian dengan memanfaatkan hujan ini, umat manusia mulai bekerja. Ketika tanaman-tanaman tumbuh cukup besar sebagai makanan bagi anak-anak sapi, hujan mulai berhenti. Ini adalah hujan yang menandai dimulainya penghancuran kappa.


Jenis lainnya adalah, hujan deras yang turun jika kappa itu akan hancur oleh unsur air. Ini bukanlah hujan biasa, tetapi jenis hujan yang luar biasa, karena memiliki kekuatan yang bahkan dapat menghancurkan gunung karang menjadi debu.


(Penjelasan terperinci mengenai penghancuran suatu kappa oleh unsur api, air, dan udara terdapat dalam bab Pubbenivàsànussati Abhinnà dari Visuddhimagga.) Empat asankhyeyya kappa di atas memiliki rentang waktu yang sama lamanya. Yang tidak dapat dihitung dalam satuan tahun. Itulah sebabnya disebut asankhyeyya kappa (kappa yang tidak terhitung lamanya).


Empat asankhyeyya kappa ini membentuk satu mahàkappa.


Antara Kappa


Pada awal dari vivattatthàyã asankhyeyya kappa (awal dari terbentuknya alam semesta) umat manusia hidup selama waktu yang tidak terhitung lamanya (asankhyeyya). Seiring berjalannya waktu, mereka dikuasai oleh kotoran batin seperti lobha (keserakahan), dosa (kebencian), dan lain-lain dan sebagai akibatnya umur kehidupan mereka perlahan-lahan menurun hingga mencapai hanya sepuluh tahun. Periode penurunan umur kehidupan ini disebut hàyana kappa.


Sebaliknya, karena meningkatnya kondisi-kondisi yang luhur dari batin seperti mettà (cinta kasih), dan lain-lain, umur kehidupan manusia generasi berikutnya setahap demi setahap meningkat hingga waktu yang tidak terhitung lamanya. Periode peningkatan umur kehidupan sampai tidak terhingga ini disebut vaddhana kappa.


Demikianlah umur kehidupan manusia naik dan turun antara sepuluh tahun hingga tidak terhingga banyaknya tahun saat mereka mengembangkan kebajikan atau saat mereka dikuasai oleh kejahatan. Sepasang umur kehidupan ini, yang meningkat kemudian menurun, disebut antara kappa.


Tiga Jenis Antara Kappa


Pada awal dunia, saat umur kehidupan manusia menurun dari tidak terhingga menjadi sepuluh tahun, terjadi perubahan kappa. Jika penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya keserakahan, akan terjadi kekurangan makanan dan semua orang jahat binasa dalam tujuh hari terakhir sebelum berakhirnya kappa. Masa ini disebut dubbhikkhantara kappa atau kappa kelaparan.


Jika penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya kebodohan, akan terjadi wabah penyakit dan semua orang jahat akan binasa dalam tujuh hari terakhir sebelum berakhirnya kappa. Masa ini disebut rogantara kappa atau kappa penyakit.


Jika penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya kebencian, akan terjadi saling bunuh di antara sesama manusia dengan menggunakan senjata dan semua orang jahat akan binasa dalam tujuh hari terakhir sebelum berakhirnya kappa. Masa ini disebut satthantara kappa atau kappa senjata
.

(Menurut Visuddhimagga Mahàtikà, rogantara kappa disebabkan oleh meningkatnya keserakahan, satthantara kappa oleh meningkatnya kebencian dan dubbhikkhantara kappa oleh meningkatnya kebodohan; yang kemudian diikuti oleh binasanya orang-orang jahat.)


Penamaan dari setiap pasang umur kehidupan ini—satu meningkat dan satu menurun—sebagai antara kappa dapat dijelaskan sebagai berikut: sebelum segalanya musnah, apakah oleh unsur api, air atau angin di akhir vivattattàyi asankhyeyya kappa dan saat umur kehidupan manusia menjadi hanya sepuluh tahun, semua orang jahat binasa karena kelaparan, penyakit atau senjata. Sehubungan dengan pernyataan ini, di sini yang dimaksudkan adalah periode lanjut dari satu periode penghancuran total dengan periode penghancuran berikutnya.


Setelah bencana yang menimpa selama tujuh hari terakhir dari setiap antara kappa, sebutan rogantara kappa, satthantara kappa atau dubbhikkhantara kappa diberikan kepada periode bencana yang terjadi sebelum umur kehidupan sepuluh tahun (tidak berlaku di seluruh dunia, namun) hanya terbatas dalam wilayah tertentu seperti sebuah kota atau desa; jika terjadi wabah penyakit, disebut terjadi rogantara kappa di wilayah tersebut; jika terjadi peperangan, disebut terjadi satthantara kappa di wilayah tersebut; jika terjadi bencana kelaparan, disebut terjadi dubbhikkhantara kappa di wilayah tersebut. Pernyataan demikian hanyalah perumpamaan karena peristiwa yang terjadi dalam suatu wilayah mirip dengan yang terjadi di alam semesta. Jika dalam doa, seseorang menyebutkan ingin bebas dari “tiga kappa,” biasanya yang ia maksudkan adalah tiga bencana ini.


Pada akhir 64 antara kappa (masing-masing antara kappa terdiri dari sepasang kappa—menaik dan menurun), vivattatthàyi asankhyeyya kappa pun berakhir. Karena tidak ada lagi makhluk hidup (di alam manusia dan alam surga) selama samvatta asankhyeyya kappa, samvattatthàyi asankhyeyya kappa, dan vivattatthàyi asankhyeyya kappa, kappa-kappa ini tidak termasuk dalam antara kappa yang terdiri dari sepasang kappa, menaik dan menurun. Tetapi harus dipahami bahwa masing-masing asankhyeyya kappa ini, memiliki masa yang sama dengan vivattatthàyi asankhyeyya kappa yaitu selama 64 antara kappa.


âyu Kappa


âyu kappa artinya adalah suatu masa yang dihitung berdasarkan umur kehidupan (àyu) dalam masa itu. Jika umur kehidupan adalah seratus tahun, maka satu abad adalah satu àyu kappa. Jika umur kehidupan adalah seribu tahun, satu millenium adalah satu àyu kappa.


Ketika Buddha berkata, “ânanda, Aku telah mengembangkan empat Iddhipada (yang mendasari kekuatan batin). Jika Aku menginginkan, Aku dapat hidup selama satu kappa atau kurang sedikit,” kappa yang dimaksud di sini harus dianggap àyu kappa, yang merupakan lamanya umur kehidupan manusia pada masa itu. Dijelaskan dalam Atthaka Nipàta dari Komentar Anguttara bahwa Buddha mengucapkan pernyataan tersebut untuk mengatakan bahwa Ia dapat hidup selama seratus tahun atau kurang sedikit jika Ia menginginkannya.


Namun Thera Mahàsiva, mengatakan bahwa, “âyu kappa di sini harus dianggap mahàkappa yang disebut bhaddaka,” (Ia berkata demikian karena ia berpendapat bahwa kamma yang menyebabkan kelahiran kembali dalam kehidupan terakhir Buddha memiliki kekuatan untuk memperpanjang umur kehidupannya selama tidak terhingga dan karena disebutkan dalam Tipitaka bahwa âyupàlaka-Phala Samàpatti, buah pencapaian yang mengkondisikan dan mengendalikan proses batin pendukung kehidupan yang disebut àyusankhara, dapat menghalau semua bahaya.) Namun pendapat Thera tersebut tidak diterima oleh para komentator.


Samghabhedakakkhandhaka dari Vinaya Culavagga menyebutkan, “Ia yang menyebabkan perpecahan dalam Sangha akan terlahir kembali di Alam Niraya, alam penderitaan yang terus-menerus, dan menderita selama satu kappa penuh.” Kappa tersebut adalah umur kehidupan di alam Avici, alam terendah dari alam penderitaan terus-menerus, komentar tersebut menjelaskan. Umur kehidupan penghuni Avici sama dengan seperdelapan puluh mahàkappa menurut Terasakanda Tikà, Subkomentar dari Vinaya. Dari sumber yang sama, disebutkan bahwa seperdelapan puluh dari masa itu adalah antara kappa (dari penghuni Avici). Sehingga dapat disimpulkan bahwa satu mahàkappa terdiri dari 80 antara kappa menurut perhitungan Avici.


Dari penjelasan di atas bahwa satu mahàkappa terdiri dari empat asankhyeyya kappa, dan satu asankhyeyya kappa terdiri dari 84 antara kappa. Sehingga satu mahàkappa sama dengan 256 antara kappa menurut perhitungan manusia.


Jika 256 dibagi 80, sisanya adalah 3 1/5. Oleh karena itu 3 1/5 antara kappa di alam manusia sama dengan satu antara kappa di Alam Avici. (Di Alam Avici tidak ada kappa pembentukan dan kappa penghancuran seperti di alam manusia. Karena alam ini adalah tempat di mana penderitaan terjadi terus-menerus, akhir dari kappa penghancuran tidak ditandai oleh tiga bencana. Seperdelapan puluh mahàkappa yang merupakan umur kehidupan para penghuni Avici adalah antara kappa mereka. Jadi, satu antara kappa di Alam Avici sama dengan 3 1/5 antara kappa di alam manusia.)


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa satu asankhyeya kappa adalah sama dengan 64 antara kappa di alam manusia atau 20 antara kappa di Alam Avici. Oleh karena itu, jika beberapa sumber Pàli (seperti Visuddhimagga Mahà-Tikà, Abhidhammàttha-vibhàvani Tika, dan lain-lain) yang menyebutkan bahwa satu asankhyeya kappa terdiri dari 64 atau 20 antara kappa, hal tersebut tidak saling bertentangan. Perbedaan antara dua angka ini (64 dan 20) terletak hanya pada cara penghitungan. Harus dimengerti bahwa dua-duanya memiliki panjang waktu yang sama.


Yang penting untuk dicatat secara khusus adalah pernyataan yang terdapat dalam Sammohavinodani, Komentar dari Abhidhammà Vibhanga, dalam penjelasan dari Nanaa-vibhanga, disebutkan, “Hanya Sanghabhedaka-kamma (perbuatan yang menyebabkan perpecahan dalam Sangha) yang akan mengakibatkan penderitaan hingga akhir kappa. Jika seseorang terlahir di Alam Avici pada awal atau pada pertengahan kappa, ia akan terbebas pada saat kappa tersebut berakhir. Jika ia terlahir di alam tersebut hari ini, dan besoknya kappa berakhir, maka ia hanya akan menderita selama satu hari dan akan terbebas keesokan harinya. (Namun) hal demikian hampir tidak mungkin terjadi.”


Sehubungan dengan pernyataan tersebut, ada beberapa yang berpendapat bahwa “Samghabhedaka-kamma yang membawa ke Alam Niraya hingga akhir kappa (dalam arti mahàkappa); mereka yang melakukan kamma ini akan memperoleh kebebasan hanya saat kappa tersebut berakhir. Sebenarnya, ungkapan kappatthitiyo (berlangsung hingga akhir kappa) yang dijelaskan dalam Komentar Vibhanga hanya penjelasan secara umum; tidak secara tegas menyebutkan kata mahàkappatthitiyo (berlangsung hingga akhir mahàkappa). Ungkapan kappatthitiyo adalah berdasarkan syair dalam Vinaya Culavagga yang dibaca sebagai, “Setelah menghancurkan persatuan Sangha, ia menderita di Alam Niraya hingga akhir kappa.” Oleh karena itu, kappa di sini yang dimaksudkan adalah àyu kappa bukan mahàkappa. Pada bab 13 dari Komentar Kathavatthu, disebutkan mengenai kappa itu bahwa syair tersebut merujuk pada àyu kappa (dari penghuni Avici) yang hanya seperdelapan puluh mahàkappa.


Pembagian Mahàkappa


Mahàkappa dibagi menjadi dua kelompok: (1) sunna kappa atau kappa kosong dan (2) asunna kappa atau kappa tidak kosong.


Dari kedua kelompok ini, kappa di mana tidak ada Buddha yang muncul adalah sunna kappa atau kappa kosong; artinya kappa yang tidak ada Buddha.


Kappa di mana ada Buddha yang muncul adalah asunna kappa; artinya kappa di mana terdapat Buddha.


Meskipun Buddha tidak muncul dalam kappa kosong, namun Pacceka Buddha dan raja dunia dapat muncul, yang dapat disimpulkan berdasarkan Upàli Thera Sutta dalam Vagga Pertama dari Apàdàna.


Dalam Upàli Thera Sutta dan Komentarnya, disebutkan bahwa dua kappa sebelum kappa sekarang, Pangeran Khattiya, putra dari Raja Anjasa, saat pergi dari suatu taman menghina Pacceka Buddha Devila, tidak disebutkan adanya kemunculan Buddha pada kappa tersebut. Juga dalam Komentar Bhaddaji Thera Sutta dari Apadàna tersebut, disebutkan bahwa Thera tersebut memberikan dàna makanan kepada lima ratus Pacceka Buddha dalam suatu sunna kappa. Dari Sutta-Sutta ini, jelas bahwa Pacceka Buddha muncul dalam sunna kappa. Kemudian lagi, Kusumàsaniya Thera Sutta dari Apadàna, menyebutkan bahwa “Pada masa depan, Kusumàsaniya akan terlahir sebagai Raja Dunia Varadassi dalam kappa berikutnya,” Tinasanthara Thera Sutta juga menyebutkan bahwa bakal Thera Tinasanthara terlahir sebagai Raja Dunia Migasammata dua kappa sebelum kappa sekarang. Semua ini menyiratkan adanya kemungkinan munculnya raja dunia dalam kappa kosong.


Kappa yang tidak kosong di mana Buddha muncul dibagi menjadi lima kelompok: (a) sara kappa, (b) manda kappa, (c) vara kappa, (d) saramanda kappa, dan (e) bhadda kappa.


(a) Kappa di mana hanya muncul satu Buddha disebut sàra kappa,
(b) Kappa di mana muncul dua Buddha disebut manda kappa,
(c) Kappa di mana muncul tiga Buddha disebut vara kappa,
(d) Kappa di mana muncul empat Buddha disebut sàramanda kappa,
(e) Kappa di mana muncul lima Buddha disebut bhadda kappa.


Kappa saat munculnya Sumedha adalah sàramanda kappa karena muncul empat Buddha dalam kappa tersebut. Kota Amaravati terbentuk setelah kemunculan tiga Buddha, yaitu: Tanhankara, Medhankara, dan Saranankara dan sebelum munculnya Dipankara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar