Rabu, 25 Agustus 2010

Kitab Suci Agama Buddha

Tripitaka/ Tipitaka merupakan kitab suci agama Buddha yang berisi berbagai sutta (sutra) atau ajaran dari Sang Buddha untuk umat Buddha. Kitab suci ini ditemukan dalam bahasa Pali dan bahasa Sansekerta. Nama umum yang diberikan untuk kumpulan kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka. “Tri” berarti “tiga” dan “pitaka” berarti “keranjang” atau bisa diartikan sebagai “kumpulan”. Jadi Tripitaka mempunyai arti “Tiga Keranjang” atau “Tiga Kumpulan”, yang terdiri dari:


1. Vinaya Pitaka, kumpulan ajaran yang diperuntukkan bagi upasaka-upasika atau umat vihara (wihara). Terbagi lagi menjadi:

a. Parajika,
b. Pacittiya,
c. Mahavagga,
d. Culavagga,
e. Parivara.

2. Sutta/ Sutra Pitaka, kumpulan Ceramah/ Dialog. Terbagi lagi menjadi:

a. Digha Nikaya,
b. Majjhima Nikaya,
c. Samyutta Nikaya,
d. Anguttara Nikaya,
e. Khuddaka Nikaya.

3. Abhidhamma/ Abhidharma Pitaka, kumpulan Doktrin Yang Lebih Tinggi, hasil susunan sistematis dan analisis skolastik dari bahan-bahan yang ditemukan dalam Sutta/ Sutra Pitaka. Terbagi lagi menjadi:

a. Dhammasangani,
b. Vibhanga,
c. Dhatukatha,
d. Puggalapannatti,
e. Kathavatthu,
f. Yamaka,
g. Patthana.


1. Vinaya Pitaka

Vinaya Pitaka merupakan suatu kumpulan Tata Tertib dan Peraturan Cara Hidup yang ditetapkan untuk mengatur murid-murid Sang Buddha yang telah diangkat sebagai bhikkhu (biksu) atau bhikkhuni (biksuni) ke dalam Sangha. Peraturan-peraturan ini berupa imbauan dari Sang Buddha dengan tujuan agar mereka menguasai dan mengendalikan perbuatan jasmani, pikiran dan ucapan mereka. Kitab ini juga menyangkut hal-hal mengenai pelanggaran peraturan; terdapat berbagai jenis peringatan dan usaha pengendalian sesuai dengan sifat pelanggaran yang dilakukan.

Secara umum Vinaya Pitaka dapat dibagi atas:

a. Sutta Vibhanga

Bagian yang berhubungan dengan Pratimoksa/ Patimokha yaitu peraturan-peraturan untuk para bhikkhu/ bhikshu (227 peraturan) dan bhikkhuni/ bhikshuni (311 peraturan).


b. Khandaka-Khandaka

Terdiri dari: Mahavagga dan Cullavagga. Mahavagga merupakan serangkaian peraturan mengenai upacara penahbisan bhikkhu, upacara Uposatha, peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan [vassa], upacara pada akhir vassa [pavarana], peraturan mengenai jubah, peralatan, obat-obatan dan makanan, pemberian jubah Khatina setiap tahun, peraturan bagi bhikhu yang sakit, peraturan tentang tidur, tentang bahan jubah, tata cara melaksanakan sanghakamma (upacara sangha), dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan. Cullavagga, terdiri dari peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran, tata cara penerimaan kembali seorang bhikkhu ke dalam sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya, tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul, berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, mengenakan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya, mengenai perpecahan kelompok-kelompok bhikkhu, kewajiban guru [acariya] dan calon bhikkhu [samanera], upacara pembacaan Patimokkha, penahbisan dan bimbingan bagi bhikkhuni, kisah mengenai Pasamu Agung Pertama di Rajagraha, dan kisah mengenai Pesamuan Agung Kedua di Vesali.


c. Parivara

Suatu ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya yang tersusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.


2. Sutra Pitaka [Sutta Pitaka]

Merupakan kumpulan pembicaraan antara Sang Buddha dengan berbagai kalangan, semasa Beliau mengembangkan ajaran-Nya. Sutra Pitaka dapat dikelompokkan dalam lima kelompok utama, yaitu :

· Digha Nikaya (kumpulan sutra yang isinya panjang),

· Majjhima Nikaya (kumpulan sutra yang isinya tidak terlalu panjang),

· Samyutta Nikaya (kumpulan sutra yang isinya secara kelompok),

· Anguttara Nikaya (kumpulan sutra atas beberapa topik utama),

· Khuddaka Nikaya (kumpulan sutra dari berbagai bahan).


3. Abhidhamma Pitaka

Sesuai uraian dari kaum Sthaviravada (Pali canon) dapat diuraikan menjadi tujuh jilid buku [pakarana], yaitu:

a. Dhammasangani, menguraikan mengenai etika dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa,

b. Vibhanga, menguraikan apa yang terdapat dalam buku Dhammasangani dengan metode yang berbeda. Buku ini dapat dibagi lagi dalam delapan bab [vibhanga], dan masing-masing bab memiliki tiga bagian yaitu Suttantabhajaniya, Abhidhammabhajaniya, dan Pannapucchaka atau daftar pertanyaan-pertanyaan,

c. Dhatukatha, menguraikan mengenai unsur-unsur batin yang terbagi atas empat belas bagian,

d. Puggalapannatti, menguraikan berbagai watak manusia [puggala] yang terkelompok dalam sepuluh urutan kelompok,

e. Kathavatthu, terdiri dari dua puluh tiga bab yang merupakan kumpulan percakapan [katha] dan sanggahan terhadap pandangan salah yang dikemukan oleh berbagai sekte tentang hal-hal yang berhubungan dengan teologi dan metafisika,

f. Yamaka, terdiri dari sepuluh bab [yamaka], yaitu Mula, Khanda, Ayatana, Dhatu, Sacca, Sankhara, Anusaya, Citta, Dhamma, dan Indriya,

g. Patthana, menerangkan mengenai sebab-sebab yang berkenaan dengan dua puluh empat hubungan antara batin dan jasmani [Paccaya].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar