Lobha adalah keserakahan, menginginkan barang milik orang lain, bisa juga dikatakan tidak puas dengan apa yang telah dimiliki, ingin terus-menerus mencari kesenangan-kesenangan, apapun caranya akan ditempuh demi keinginannya terpenuhi, keinginan pada kepuasan indera (mata, telinga, mulut, hidung, kulit). Kemelekatan dan kerinduan atau kesenangan terhadap kenangan yang indah, terhadap seseorang. Kemelekatan dan kerinduan atau keinginan untuk tetap cantik atau gagah, keinginan untuk menjadi terkenal, dan lain-lain yang tergolong keinginan untuk memiliki sesuatu dan tidak mau melepaskan segala yang dimiliki.
Dosa adalah kebencian, tidak suka terhadap seseorang, tidak suka kepada diri sendiri, cemburu pada seseorang, iri hati/sirik atas keberhasilan yang dicapai oleh orang lain, curiga, takut, cemas, was-was, dendam kesumat, serta hal-hal lainnya yang tergolong keinginan untuk menolak sesuatu.
Moha adalah kebodohan batin. Pengertian bodoh disini bukan bodoh karena tidak bisa menulis, bukan bodoh karena tidak bisa membaca, tetapi bodoh yang dimaksud adalah bodoh batinnya. Ia tidak bisa membedakan perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan jahat yang semestinya ditinggalkan. Perbuatannya cenderung pada hal-hal yang jahat. Karena bodoh batinnya, ia menganggap kejahatan wajar dilakukan, termasuk juga dalam kebodohan batin ini adalah malas melakukan kebajikan, sifat egois, gengsi, sombong, keangkuhan, kemunafikan.
Tiga akar kejahatan ini sangat berbahaya bagi kehidupan makhluk-makhluk, tidak hanya dalam kehidupan ini akan membuat penderitaan, tetapi juga dalam kehidupan yang akan datang akan mengkondisikan terlahir ke alam-alam rendah/derita. Di dalam Itivuttaka dijelaskan bahwa sebagian besar makhluk-makhluk meninggal dan lahir di alam-alam rendah/sengsara yaitu alam peta/setan, neraka dan binatang karena kekuatan dari lobha, dosa, dan moha.
Tanpa ada lobha, dosa dan moha; maka pasti akan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Seketika lobha, dosa, dan moha terkikis habis, maka seketika itu pula segala sesuatu dapat dilihat sebagaimana adanya.
Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya itu adalah melihat segala fenomena sebagai fenomena; tidak tertarik pada fenomena itu, tidak menolak fenomena itu. Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya adalah melihat segala sesuatu sebagai hal yang wajar, karena melihat dengan netral.
Ada musuh Anda yang mendapat hadiah dari atasannya. Ada juga teman baik Anda yang mendapat hadiah dari atasannya. Apakah respon Anda terhadap dua fenomena ini berbeda? Bila berbeda, itu dikarenakan pikiran Anda tercemar oleh persepsi.
Jika Anda melihat tayangan komedi di televisi, kemudian Anda tertawa setelah melihat tayangan itu; itu dikarenakan pikiran Anda tercemar oleh persepsi.
Jika Anda pernah tertarik dengan fisik seseorang, namun ketika mengetahui bahwa orang itu menyakiti Anda, lalu kemudian Anda menjadi kesal bila melihatnya; itu dikarenakan pikiran Anda tercemar oleh persepsi.
Memurnikan pandangan adalah menyadari bentuk-bentuk persepsi, perasaan, kesadaran dan bentukan kehendak. Menyadari bagaimana mereka timbul, menyadari apa yang menyebab kemunculannya, menyadari bagaimana mereka lenyap, dan menyadari bagaimana mengendalikan mereka. Ketika mampu mengendalikan pikiran dari keempat hal ini, maka itulah bagaimana pikiran dimurnikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar